Oposisi biner merupakan konsep-konsep awal
yang kita gunakan dalam memahami realitas.
Dua
kutub yang berlawanan dalam
sistem
ini sepatutnya dipahami sebagai
sebuah
kesatuan. Mereka melengkapi
satu sama lain, mereka
hadir berdampingan,
mereka ko-eksisten.
Idealnya, kita akan memahami realitas secara
utuh jika kita telah berhadapan dengan
yang negatif dan yang positif. Sistem
pemahaman berlandaskan kontras ini,
sayangnya, mendatangkan sejumlah problema
ketika ia disalahpahami. Masalah- masalah
seperti hegemoni, dominasi, diskriminasi,
peminggiran, dan esktremisme misalnya,
adalah beberapa dampak dari misinterpretasi tersebut.
Sela Sawala menjadi respon Gabriel Aries Setiadi
dalam merespon problematika oposisi
biner ini. Dengan ‘sela’, Jibril bermaksud
untuk mencari celah-celah dari ‘sawala’
yang berarti pertentangan atau perseteruan. Seniman yang
akrab disapa Jibril
ini menyatakan bahwa sepatutnya kita selalu
mencari celah-celah negosiasi atas konflik
dan perbedaan yang kita temui.
Melaluinya keseimbangan dan harmoni dapat
mulai dibangun.
Karya-karya Jibril dalam pameran ini mencoba
untuk memperlihatkan bagaimana keseimbangan dapat dibangun dari pengolahan material-material yang menunjukkan sifat yang amat bertentangan. Ia
mengolah material natural, utamanya batu,
dan material industrial, seperti resin dan
akrilik, dalam sebuah
konfigurasi estetik yang
harmonis. Untuk menjangkarkan gagasannya,
Jibril kemudian kembali menerapkan
strategi representasi dengan menghadirkan
objek-objek domestik yang lazim
di temukan dalam sebuah rumah.
Melalui strategi ini Jibril mencoba untuk mengingatkan bagaimana pertentangan dapat ditemui
dalam keseharian
dan dalam ruang-ruang intim individu.
Melalui metafor-metafor yang Jibril ciptakan
kita dapat belajar bahwa harmoni dan
keseimbangan tidak selamanya dicapai
hanya dengan kesetaraan,
bahwa pertentangan
tidak selamanya diatasi melalui
justifikasi benar dan salah, dan bahwa
harmoni dapat dicapai melalui kesesuaian.
Ketika serba
berkesesuaian, berfungsi selaras dengan peran dan proporsinya
masing-masing, perbedaan dapat
mewujud sebagai relasi mutual dan tidak menganulir
satu sama lain. Modus artistik
beserta metafor interaksi material yang
demikian menjadi ekspresi
sublim Jibril
dalam mengutarakan kegelisahannya, mengingatkan
kita tidak hanya keniscayaan problema
kultural di sekitar kita, namun
juga menawarkan
perspektif alternatif dalam menghadapinya.
Ganjar Gumilar
2017
CG Art Space
Ganjar Gumilar
2017
CG Art Space
PADU
136 x 72 x 20 cm
Marble, polyresin, Acrylic sheets
2018
2018
LAWANG
136 x 72 x 20 cm
Marble, polyresin, Acrylic sheets
2018
TUMPU
213 x 57 x 53 cm
Marble, polyresin, Acrylic sheets
2018
PIJAK
71 x 107 x 75 cm
Marble, polyresin,
Acrylic sheets
2018
SOLO EXHIBITION
BY
GABRIEL ARIES
Nov 24 - Dec 9, 2018
CGartspace
Director
Christiana
Gouw
Curator
Gumilar Ganjar
Artist Manager
Aurora Rintya
Project
Coordinator
Kristi Sentosa
Artwork
Photography
Antonio
S. Sinaga
Videography
Rony Sanjaya
Display
ARTES Studio
Comments
Post a Comment